Posted on

Perempuan Minangkabau di Masa Dewan Banteng dan PRRI ( RESENSI )

RESENSI

Perempuan Minangkabau di Masa Dewan Banteng dan PRRI

Identitas buku:
Judul buku :Perempuan berselimut konflik
Penulis buku :Reni Nuryanti
Jenis buku : non fiksi
Cetakan dan Tahun terbit :cetakan pertama tahun terbit 2011
Jumlah halaman :218 halaman

Sinopsis:
Perempuan minangkabau yang menganut system kekerabatan matrilineal dimana kedudukan perempuan seolah lebih tinggi dari laki-laki ternyata memiliki banyak kisah yang memprihatinkan yaitu kisah pada masa dewan banteng dan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia)
Perempuan Minangkabau di Masa Dewan Banteng
Dimasa dewan banteng perempuan minangkabau banyak yang membentuk organisasi perempuan salah satunya adalah Gerakan Perempuan Indonesia (GERWANI).
Gerwani adalah organisasi di belakang PKI untuk melawan Gerakan Revolusioner Republik Indonesia.Sesuai prinsip PKI ,ide dasar Gerwani adalah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Para peremmpuan yang rergabung dalam Gerwani di Sumatera barat berpendidikan minimal SMP atau yang sederajat yang kemudian menjadi sekertaris Gerwani cabang pariaman
Para Gerwani mempunyai akses informasi yang mudah dan memilikiikatan ideologi yang kuat dengan”keluarga PKI” sehingga Gerwani di sumatera barat mudah berkembang pesat.
Pilihan politik gerwani untuk menentang dewan banteng tidak lepas dari pengaruh PKI yang kian mengakardi dalam tubuh Gerwani .Ini dikarenakan ,Gerwani dan PKI adalah satu ide ,visi dan misi.Apalagi selepas terbentuk Dewan Banteng,PKI adalah partai yang mengalami tekanan paling keras karena secara terang –terangan menentang Dewan Banteng.
Ketegangan di tubuh organisasi perempuan tidak merubah pandangan gerwani di Minangkabau untuk tetap membantu PKI dan “ keluarganya “dalam menghadapi tekanan Dewan Banteng dan dewan perjuanganperjuangan pada saat PRRI.
Sikap ini menantangkan banyak pujian karena para gerwani tetap terus berusaha menentang dewan bantengdan PRRI walaupun mereka mengalami berbagai penyiksaan dan harus mempengartaruhkan hidup.
Perempuan minangkabau di masa PRRI
Pada masa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) para perempuan biasa (bukan gerwani ataupun organisasi perempuan lainnya) juga mendapatkan kekerasan fisik,psikologis,dan seksual oleh para oknum OPR terutama bagi para perempuan yang suaminya adalah tentara PRRI ataupun terlibat dalam PRRI
a. Kekerasan fisik dan psikologis
Banyak perempuan minangkabau yang mengalami peristiwa yang tragis dimana mereka mengalami kekerasan fisik dan psikologis salah satunya adalah peristiwa saat pengungsian ke hutan,pernah dilakukan pencegatan terhadap bus umum.Muatan dikosongkan lalu pakaian para penumpang bus dibuka,dan mereka harus masuk kehutan untuk mengangkat barang-barang dan saat itulah perempuan mengalami pelecehan .
Selain itu juga banyak perempuan minangkabau yang diculik oleh OPR ketika suaminya mengungsi di hutan karena suami –suami mereka adalah jajaran dari PRRI,para perempuan tersebut diculik saat sore hari dan dipulangkan saat pagi hari saat mereka diculik mereka sering mengalami menyiksaan fisik maupun psikologis,salah satunya banyak perempuan yang diculik itu menyaksikan pembunuhan pemuda-pemuda PRRI oleh oknum OPR,peristiwa tersebut membuat para perempuan itu stress dan trauma apalagi perempuan –perempuan itu mengalami penculikan bukan hanya satu kali.
b. Kekerasan Seksual
Selain kekerasan fisik dan psikis ,perempuan Minangkabau juga merasakan bentuk kekerasan seksual selama pergolakan .
Pada saat itu ,ada perempuan –perempuan muda yang dikumpulkan dirumah gadang untuk memenuhi kebutuhan biologis .Kondisi ini tampak menggejala pasca kedatangan tentara Divisi Diponegoro .
Kasus lain yang dijumpai,diantaranya adalah kasus perempuan hilang pada malam hari di kampung-kampung.
Semakin lama semakin kejam perlakuan oknum OPR terhadap perempuan minangkabau seperti peristiwa kekejaman OPR yang dialami oleh perempuan minangkabau yang bernama Rina.lantaran ketahuan membawa obat ketika sedang mencari kayu bakar di hutan,sementara di atas bukit itu ada pasukan PRRI,iapun ditangkap,lalu ditelanjangi dimuka umum dan dibakar kemaluannya.
Pada saat itu ,penghamilan paksa juga kerap dijumpai,tidak sedikit perempuan Minangkabau yang menetap di Teluk Bayur karena tidak dapat menikah.
Puluhan gadis Minang yang hamil memukul-mukul perutnya karena malu untuk pulang kampong

Keunggulan dan kelemahan buku :
1. Keunggulan buku
Penulisan judul buku yang menarik sehingga menarik minat pembaca,topic cerita yang menarik untuk dibaca,menjelaskasistem kekerabatan matrilineal di Minangkabau sacara cukup rinci dan mendetail.
2. Kelemahan buku
Banyak kutipan –kutipan yang menggunakan bahasa minang yang tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sehingga para pembaca awam kesulitan untuk memahaminya
Buku ini berjudul “ Perempuan Berselimut Konflik (perempuan minangkabau di masa dewan banteng dan PRRI) seharusnya lebih fokus kedalam cerita tentang perempuan Minang dimasa itu tetapi dalam buku ini kurang jelas dalam menceritakan tentang keadaan perempuan minang saat itu
Dalam menceritakan keadaan / kejadian saat itu terlalu berbelit-belit tidak fokus malah lebih banyak menceritakan tentang kebudayaan minangkabau disana jadi kurang sesuai dengan judul bukunya

Kesimpulan:
Dimasa Dewan banteng dan PRRI perempuan Minangkabau baik perempuan yang berjuang dalam organisasi maupun perempuan biasa banyak yang mengalami penyiksaan baik itu penyiksaan fisik mental maupun kekerasan seksual

About rharajingga

mahasiswa universitas negeri semarang,fakultas ilmu sosial,pendidikan sejarah 2012

Leave a comment